Saturday, June 9, 2018

Doa yang Paling Sering Dibaca Rasulullah

Doa yang paling sering dibaca rasulullah

Doa-Doa Rasulullah

Doa merupakan sebuah tanda bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, dengan doa tersebut artinya kita menyerahkan seluruh hidup dan pengharapan kita hanya kepada Allah semata. Anas bin Malik, beliau mengatakan:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Dari Anas Radhiyallahu anhu , ia berkata: “Doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling sering diucapkan ialah: “Ya Allah, Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka”
Pengertian kebaikan dunia mencakup seluruh yang dibutuhkan manusia di dunia, sehingga dengannya ia akan menjadi baik. Misalnya, sehat, rizki yang lagi halal, rumah tinggal yang nyaman, istri shalihah, anak-anak penyejuk mata, ilmu yang bermanfaat, amal shalih, ketentraman, dan lain-lain.

Sedang kebaikan di akhirat, Ibnu Katsir rahimahullah mengartikan: “Kebaikan di akhirat yang tertinggi ialah berhasil masuk surga dan menikmati kondisi-kondisi yang menyertainya, seperti perasaan aman dari ketakutan yang paling dahsyat di ‘arashât, dimudahkan proses hisâb (perhitungan amalan), dan lain-lain yang merupakan kejadian-kejadian yang menyenangkan di akhirat kelak”.
Doa yang mulia itu ditutup dengan permohonan agar terlindung dari siksa neraka. Maknanya, yaitu harapan untuk memperoleh kemudahan dalam menjauhi faktor-faktor datangnya siksaan, dengan menjauhi larangan, dosa dan syubhat-syubhat.
Doa tersebut biasa disebut dengan Doa Selamat yang selalu dipanjatkan setelah sholat. Selain itu Nabi Muhammad juga meminta perlindungan dari hal-hal berikut:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: “أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو، فَيَقُولُ: اللَّهمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى، وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى”

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian, dan kecukupan.” (HR. Muslim)

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ، وَالْكَسَلِ، وَالْجُبْنِ، وَالْهَرَمِ، وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ»

Dari Anas bin Malik ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, pikun, bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur dan fitnah hidup dan mati.” (HR. Muslim)

عَنْ عَائِشَةَ، زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ” أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو فِي الصَّلاَةِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا، وَفِتْنَةِ المَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ المَأْثَمِ وَالمَغْرَمِ ” فَقَالَ لَهُ قَائِلٌ: مَا أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ مِنَ المَغْرَمِ، فَقَالَ: «إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ، حَدَّثَ فَكَذَبَ، وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ»

Dari Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa dalam shalatnya, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al Masih Ad Dajjal, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah hidup dan fitnah mati. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari dosa dan hutang.” Kemudian ada seorang yang bertanya, “Alangkah seringnya engkau berlindung dari hutang.” Maka Beliau bersabda, “Sesungguhnya seseorang apabila berhutang, maka apabila berbicara berdusta, dan apabila berjanji mengingkari.” (HR. Bukhari)

Doa ini mengandung permintaan agar mendapatkan kebaikan pada agama dan dunia. Karena maksud “petunjuk” adalah ilmu yang bermanfaat, sedangkan maksud “ketakwaan” adalah amal yang saleh serta meninggalkan apa yang dilarang Allah dan Rasul-Nya. Dengan keduanya, keadaan agama seseorang menjadi baik. Dalam doa yang singkat ini kita meminta kepada Allah hidayah irsyad (diberitahukan ilmu yang bermanfaat yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk).
Adapun kesucian dan kecukupan mengandung sikap menjaga diri dari makhluk dan tidak bergantung kepada mereka, merasa cukup dengan Allah dan dengan rezeki yang dilimpahkan-Nya serta bersikap qana’ah (menerima apa adanya), serta memperoleh sesuatu yang menenangkan hati, yaitu kecukupan. Dengan kesucian dan kecukupan ini, maka akan sempurna kebahagiaan hidup di dunia dan ketenangan batin, dimana hal ini merupakan hayat thayyibah (kehidupan yang baik).

Adapun dalam hadits yang kedua, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari tujuh perkara, yaitu:

1. Kelemahan
2. Kemalasan
Perbedaan antara lemah dan malas adalah, bahwa lemah itu tidak adanya kemampuan, sedangkan malas adalah enggannya jiwa melakukan kebaikan dan kurang terdorong kepadanya padahal mampu melakukannya. Kedua hal ini adalah penyakit yang membuat seseorang duduk dan meninggalkan kewajiban sehingga terbuka baginya pintu-pintu keburukan.

3. Kebakhilan
Sifat pengecut terkait dengan jiwa, sedangkan sifat bakhil (pelit) terkait dengan harta. Siapa saja yang kehilangan keberanian untuk melawan hawa nafsu, was-was setan, melawan musuh, menghadapi lawan yang membela yang batil, maka dia adalah pengecut. Dan siapa saja yang tidak mau memberi kaum fakir dengan hartanya, mengeluarkan hartanya untuk para mujahid fii sabilillah dan mengeluarkan pada jalur-jalur kebaikan, maka dia adalah orang yang bakhil. Dalam banyak ayat, Allah Subhaanahu wa Ta’ala memerintahkan berjihad dengan jiwa dan hartanya. Dan penyakit yang dapat menghalangi seseorang dari berjihad mengorbankan jiwa dan hartanya adalah penyakit pengecut dan bakhil.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari sifat pengecut dan bakhil karena keduanya dapat menghalangi kewajiban, menghalangi dari memenuhi hak-hak Allah Ta’ala, menghalangi dari mencegah kemungkaran, bersikap tegas kepada para pelaku maksiat, di samping itu dengan seseorang memiliki keberanian dan kekuatan, maka ibadah dapat sempurna, orang yang terzalimi dapat tertolong, jihad dapat dilakukan, sedangkan dengan selamat dari kebakhilan, maka ia dapat memenuhi hak-hak harta, adanya keinginan untuk berinfak, bersikap dermawan, dan berakhlak mulia serta terhalang dari sifat tamak kepada apa yang tidak dimilikinya.

4. Pikun
Yang dimaksud pikun adalah dikembalikan kepada usia yang paling buruk. Sebab mengapa Beliau berlindung darinya adalah karena ketika sudah pikun terkadang ucapan menjadi ngelantur, akal dan ingatan menjadi kurang, panca indera menjadi lemah, dan lemah dari melakukan ketaatan serta meremehkan sebagiannya, cukuplah seseorang berlindung darinya karena Allah menamai usia tersebut sebagai ardzalul ‘umur (usia paling buruk).

5. Azab kubur
Hadits di atas menunjukkan adanya azab kubur, di samping adanya nikmat kubur dan fitnah(ujian)nya. Hadits lain yang menunjukkan adanya azab kubur adalah hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:

مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ المَدِينَةِ، أَوْ مَكَّةَ، فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِي قُبُورِهِمَا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ» ثُمَّ قَالَ: «بَلَى، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ» . ثُمَّ دَعَا بِجَرِيدَةٍ، فَكَسَرَهَا كِسْرَتَيْنِ، فَوَضَعَ عَلَى كُلِّ قَبْرٍ مِنْهُمَا كِسْرَةً، فَقِيلَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لِمَ فَعَلْتَ هَذَا؟ قَالَ: «لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ تَيْبَسَا» أَوْ: «إِلَى أَنْ يَيْبَسَا»

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati salah satu di antara kebun-kebun Madinah atau Mekkah, lalu Beliau mendengar suara dua orang yang diazab dalam kuburnya, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keduanya sedang diazab, dan keduanya tidaklah diazab menurut keduanya terhadap dosa besar.” Selanjutnya Beliau bersabda, “Bahkan sesungguhnya itu dosa besar. Adapun salah satunya, maka ia tidak menjaga diri dari kencingnya, sedangkan yang satu lagi berjalan kesana-kemari mengadu domba.” Kemudian Beliau meminta dibawakan pelepah kurma, lalu Beliau mematahkan menjadi dua bagian, dan meletakkan belahannya di masing-masing kubur itu, lalu Beliau ditanya, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau lakukan hal itu?” Beliau menjawab, “Mudah-mudahan azab keduanya diberi keringanan selama belahan itu belum kering,” atau bersabda, “Sampai kedua belahan kering.” (HR. Bukhari)
7. Fitnah hidup dan mati
Fitnah hidup artinya cobaan dan hujian hidup, baik berupa fitnah syahwat dan fitnah syubhat, dimana kedua cobaan ini banyak yang membuat manusia tergelincir, lalai dari kewajibannya dan terbawa oleh arus fitnah yang menggiringnya kepada kebinasaan, maka dalam doa ini, kita berlindung agar kita mampu menghadapi cobaan-cobaan itu dengan tetap bersabar menjalankan ketaatan kepada Allah, bersabar menjauhi maksiat, dan istiqamah di atas agamanya. Ini adalah cara untuk menghadapi fitnah syahwat. Adapun cara untuk menghadapi fitnah syubhat adalah dengan yakin di atas kebenaran dan teguh tidak mudah berubah oleh situasi dan kondisi; berbekal ilmu syar’i.
Sedangkan fitnah mati, maka maksudnya ujian ketika di kubur, yaitu pertanyaan yang diajukan oleh malaikat Munkar dan Nakir yang akan menanyakan kepada seseorang tentang siapa Tuhannya, apa agamanya, dan siapa nabinya.

Mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam pengetikan ataupun penyampaian informasi, penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa karena kebenaran semata-mata hanya milik Allah Azza wa Jalla

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon